Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Pengamatan Gerhana Matahari dari Lampung, Surabaya dan Timor Leste

Jakarta, Duniapotret.com - Gerhana matahari hibrida yang terjadi pada 20 April 2023 baru saja usai. Indonesia, Timor Leste dan Australia mendapatkan ancaman total dan sebagian. 

Bagi instansi dan klub yang berhubungan dengan astronomi, peristiwa ini sangat dinantikan untuk berbagai tujuan pengamatan, termasuk untuk penelitian dan mengajak warga untuk mengamati bersama.

Surabaya

Surabaya Astronomy Club (SAC) mengadakan pengamatan di balai kota. “Kami melakukan pengamatan persisnya di air mancur depan, deket dengan jalan,” kata Muhammad Rizky Pradana, Ketua SAC, sehari sebelum gerhana. 

Mereka memilih lokasi tersebut agar warga tertarik untuk mengamati fenomena menarik tersebut.

Hari ini ada sekitar 30 orang yang hadir. Mungkin cuaca yang kurang mendukung jadi penyebabnya. “Awalnya cerah, ketika mendekati puncak terjadilah kedatangan awan mendung,” tulis Rizky. 

Keberadaan awan terus menutupi sampai akhir gerhana. Walau demikian, ia tetap bersyukur karena saat puncak gerhana masih dapat teramati meskipun mendung.

Walau lokasi pengamatan di kantor pemerintah daerah, namun Rizky, tidak ada pengunjung yang mengaku berasal dari pemerintah kota. 

“Hal unik waktu pengamatan sih nggak ada ya. Cuma sempat beberapa kali warga yang ikut lihat itu mengerubungi teleskopnya dan agak ramai soalnya ingin lihat,” jelasnya. 

Tim membawa tiga teleskop dan beberapa kacamata gerhana yang bisa digunakan warga. Selain itu, ia juga membagikan stiker klub astronomi.

SAC berdiri tahun 2006 awalnya tempat berkumpulnya pecinta astronomi di Surabaya, akhirnya resmi jadi komunitas 8 September. Menurut Rizky kegiatan itu mulai berkala sejak 2012.  

Untuk urusan pengamatan gerhana, pada tahun 2016 pengamatan pernah dihadiri oleh wali kota Surabaya Tri Rismaharini.

Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Lampung

Pada gerhana hibrida kali ini, ITERA melakukan pengamatan terbatas, tidak dibuka untuk umum dan warga. 

ITERA pernah membuka kesempatan pengamatan bagi warga saat gerhana bulan total tahun 2022. Menurut Robiatul Muztaba, Dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan, dan peneliti, urusan personel yang menjadi kendala. 

“Kami kekurangan personel karena fokus ekspedisi di Timor Leste,” tulisnya lewat , pesan singkat, 19 April 2023.

Gerhana parsial yang terjadi di Lampung bukan total membuat institusinya memilih memfokuskan untuk mengadakan streaming pengamatan dari Timor Leste. 

Pengamatan di ITERA untuk kebutuhan penelitian dilakukan pada rooftop gedung. Jumlah orang pun terbatas untuk bisa naik ke atas rooftop. 

Menurutnya, cuaca saat gerhana cerah sepanjang fenomena terjadi. Ia juga memperlihatkan hasil foto gerhana dari Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL). 

“Kondisi mendukung untuk pengamatan gerhana dari awal hingga akhir. Alhamdulillaaah bermanfaat untuk masyarakat,” kata Aji, nama panggilannya.

Timor Leste oleh Tim HAAJ

Timor Leste tidak hanya menjadi pilihan pengamatan bagi ITERA Lampung melainkan juga dari Himpunan Astronomi Amatir Jakarta. 

Tim yang terdiri tiga orang dewasa dan satu anak memilih lokasi di pantai Aerle, Umun-Ira , Desa Com, Distrik Lospalos.

Febri, salah satu anggota tim, menceritakan langit cerah sejak pagi hingga selesai gerhana. 

Di titik pengamatannya, ia melihat warga Australia dan Jerman yang khusus datang untuk melihat fenomena alam ini. 

“Di titik kami hanya ada sedikit orang, kurang dari 30 orang,” jelasnya. Pengunjung lainnya adalah warga yang berusia muda. 

Tim tidak membuka edukasi warga, namun warga tampak berminat dengan aktivitas yang mereka lakukan dan datang bertanya. 

Menurutnya, tim tidak membawa teleskop besar. “Kami hanya teleskop kecil saja dan foto langsung dari kamera DSLR,” jelasnya sembari memperlihatkan foto suasana saat gerhana di pantai. 

Terlihat suasana redup namun bukan gelap total.[]


Sumber artikel by TEMPO.CO

Post a Comment for "Cerita Pengamatan Gerhana Matahari dari Lampung, Surabaya dan Timor Leste"