Inilah Visi dan Misi: Ketika Saya Bermimpi Menjadi Gubernur Aceh, 2024 - 2029
(Akademisi, Ilmuwan Politik dan Guru pada Sekolah Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.)
Pengantar dan Disclaimer:
Pembaca Yang Mulia – INI merupakan artikel serius, meskipun untuk mewujudkan harapan itu sangat ubsurd. Karena Saya Aparatur Sipil Negara dan Bukan juga Anggota Partai Politik. Lagi pula saya, Saya tidak mencalonkan diri sebagai Gubernur Aceh dan tak mungkin juga Parpol akan Mengajak atau "Mencagubkan" saya. Saya bukan orang kaya, pengusa dan bermodal. Tapi setidaknya, artikel ini mungkin bermanfaat bagi Gubernur Aceh 2024 - 2029 terpilih nanti, siapapun dia. Tulisan ini saya beri judul : Inilah Visi dan Misi : Ketika Saya Bermimpi Menjadi Gubernur Aceh, Masa Bakti 2024 - 2029. Karena saya memang tidak mencalonkan diri. Namun setidaknya menjadi pertimbangan bagi orang-orang yang saat ini sedang sibuk mempersiapkan diri dan membentuk Timses kemenangannya. Kepada mereka berminat dan berambisi, Saya ucapkan selamat berjuang untuk terpilih agar bisa membangun negeri Ini tercinta.
------------------
ENTAH MENGAPA pada hari dan malam ini – sehabis shalat Isya berjamaah dengan anak-anak di sebuah Mushalla komplek perumahan tempat saya bermukim – tiba-tiba hati saya berbisik, betapa indahnya ya jika saya yang terpilih, menang dan menjadi sebagai Gubernur Aceh Periode 2024-2029. Lucunya lagi, kok saya bisa bermimpi dan berkeinginan untuk menjadi Gubernur, padahal saya tak pernah sedikitpun terbersit di hati ini sebelumnya untuk mencalonkan diri, Apalagi harus berharap saya untuk dicalonkan dan diplih? Sungguh mimpi saya ini aneh dan asyik juga bagi orang-orang yang saat ini lagi bingung dan sedang menanti hasil Pilpres dan Pileg Tahun 2024.
Tapi sudahlah – tak apa dech, saya kan Cuma hanya bermimpi, tak akan mempengaruhi hasil quick count juga. Sejujurnya, saya mengakui bahwa saya bukanlah orang, tipe orang, calon atau seorang pemimpin yang senang dan suka untuk berkompetisi atau bersaing dalam memperebutkan ‘kekuasaan’. Saya pribadi sangat suka dan senang, jika jabatan, kekuasaan atau sebagai pemimpin itu diberikan ‘kepercayaan atau amanah’ atas musyawarah umat – karena potensi diri, kearifan dan kejujuran – serta bukan karena hasil kompetisi atau persaingan, apalagi jika persaingan itu dilakukan dengan sangat tidak sehat dan melahirkan banyak “virus” dan penyakit. Na’uzubillahi Min Zhalik. Dengan ucapanan Alhamdulillah dan Insya Allah, saya yakin dan percaya persaingan dan kompetisi dalam Pilpres dan Pilpres yang telah berjalan beberapa hari yang lalu akan dapat membawa kemaslahatan bagi ummat dan bangsa ini di negeri yang Baldatun Tayyibatun Warabbul Ghafur. Aamin, Ya Rabbi ...
Jadi, Untuk para calon gubernur Aceh 2024 yang sedang berniat menunggu lamaran dari Parpol Pemenang Pemilu 2024 dan para pembaca Media ini jangan terlalu dipikirkan dan dibawa ke hati dech mimpi saya itu. Lupakan saja ya…!!! Mungkin semua MIMPI itu terjadi, karena oleh semangat dan dorongan jiwa sebagai bentuk tanggung jawab moral saya untuk bangsa dan ummat ini yang sedang menantikan dan membutuhkan pemimpin yang jujur, amanah, cerdas dan adil bagi semua golongan, tanpa membedakan asal usulnya. Dan yang paling penting ketika mereka terpilih nanti dapat memilih orang-orang yang tepat sebagai orang yang akan melaksanakan visi dan misinya. Jangan hanya sibuk dengan kegiatan rutin “bongkar pasang” Pj Gubernur atau Pj Bupati, Ganti pimpinan SKPA atau kepala-kepala dinas.
Jika kondisi seperti ini terjadi, sebagai anak bangsa saya pribadi sungguh sangat memalukan. Mudah-mudahan semua harapan ummat dan sifat yang baik-baik itu melekat pada Calon Gubernur terpilih nanti dan meraih kemenangan. Ya, kemenangan untuk kita semua, bukan kemenangan hanya bagi yang dipilih dan yang memilih. Dan yang paling penting juga bagi Gubernur Aceh terpilih bisa menghargai hak-hak pemilih yang telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk memimpin daerah ini untuk masa bakti 5 tahun ke depan. Berbuatlah yang terbaik untuk bangsa dan negeri ini, jika Allah swt mentakdirkan mereka menang, siapapun yang bercita-cita. Sambil kita menunggu hasil Riel Count Pilpres dan Pileg 2024 yang akan diumumkan oleh KPU/KIP – Mari ikuti cerita dan bahasan saya berikut ini terlebih dahulu – mengapa saya bermimpi dan ingin untuk menjadi Gubernur Aceh. Selamat menikmati kisah dan mimpi saya ini. Semoga Bermanfaat.
Para Pembaca Yang Mulia – Dari berbagai diskusi beberapa tahun silam – dengan topik bahasan seputar pro-kontra qanun (aturan main atau sistem pemilihan kepala daerah), kontroversi calon idenpenden, hingga wacana pemilihan melalui legislatif atau penunjukan kepala daerah langsung oleh Presiden, saya menginginkan agar Aceh ke depan tumbuh dan berkembang menjadi satu daerah yang maju dengan rakyatnya serta hidup makmur dan sejahtera dalam Ridha Allah Swt. Semoga saja Para Calon Gubernur/Wakil Gubernur Aceh masa depan yang saat ini sedang sibuk dalam mempersiapkan diri untuk menjemput "nasib baik".
Karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat pada pemimpin Aceh sekarang, atau kepada Gubernur yang akan terpilih dalam Pilkada tahun 2024 nanti, maupun kepada tokoh-tokoh yang sangat layak memimpin Aceh ke depan, saya hanya sekadar ingin bermimpi menjadi Gubernur Aceh. Mimpi memimpin rakyat, di tanah tumpah darah, di tempat saya lahir, tumbuh dan dibesarkan. Keinginan inipun terinspirasi dari sebuah diskusi kecil dengan seorang diplomat asal negara Eropah beberapa tahun lalu ketika saya mengikuti sebuah seminar Internasional di sebuah Universitas di Pulau Jawa. Dia berpesan kepada saya, “Pak TM, berpolitiklah dengan santun. Karena politik itu berperang tanpa pertumbahan darah, sedangkan perang adalah politik dengan pertumbahan darah”.
JIKA SAYA MENJADI GUBERNUR ACEH :
Inilah Visi dan Misinya. Jika Saya ditakdirkan Allah swt dan mendapat kepercayaan untuk menjadi Gubernur, maka dengan berbagai upaya dan potensi yang ada, saya ingin mewujudkan cita-cita rakyat Aceh dengan tetap berfokus pada prinsip-prinsip good government and clean government, tanpa korupsi. Prinsip ini akan saya jabarkan dalam 3 (tiga) hal pokok utama jalannya roda pemerintahan dan 5 (lima) program unggulan yang saya beri nama program ‘kemaslahatan ummat’.
Ketiga hal pokok utama pemerintahan yang mungkin terabaikan oleh pemimpin sekarang adalah :
Pertama, Kantor Gubernur, saya mulai dari hal paling kecil (kebersihan kantor), mulai dari gerbang masuk, tempat parkir, lobi utama, lift, tangga-tangga, toilet/WC, harus benar-benar bersih dan bebas dari sampah serta puntung rokok, sebagai realisasi daerah syari’ah ;
Kedua, keamanan kantor, khususnya pemeriksaan (bawaan pegawai dan tamu untuk mengantisipasi masuk benda-benda yang mencurigakan ke dalam lembaga publik, dan ;
Ketiga, aparatur pemerintah, mulai dari kedisiplinan memakai ID Card (kartu tanda pengenal) sampai kedisplinan jam kerja, serta pelayanan yang ramah kepada masyarakat (tamu yang datang). Saya haramkan kepada pegawai saya hanya melayani mereka yang selalu mengaku-ngaku sebagai ‘pendukung atau pemilih saya’. Karena saya bukanlah hanya milik yang memilihnya, akan tetapi saya telah menjadi Gubernur Milik Seluruh Rakyat dan Masyarakat Aceh.
Perlu upaya pembenahan dan perbaikan. Sedangkan 5 (lima) program unggulan, dalam hal ini ada sejumlah program yang perlu diteruskan, namum perlu pembenahan dan perbaikan dari kebijakan sebelumnya dan program terbaru adalah :
Pertama, kebijakan tentang kesehatan masyarakat, terutama menyangkut Jaminan Kesehatan Masyarakat Aceh (JKMA) harus dan wajib untuk dilanjutkan bagi seluruh warga tanpa pilih kasih. Namun, dalam praktik penyelenggaraanya harus lebih disempurnakan, terutama dari aspek pelayanan dan ketersediaan sarana pendukungnya. Jangan hanya gedung dan Rumah Sakit yang megah, tetapi pelayanan juga harus lebih manusiawi dan bermartabat. Kepada pelayan, saya tegaskan bahwa Anda wajib melayani warga masyarakat yang ingin berobat. Karena mereka berobat bukan secara gratis. Tetapi pengobatan mereka saya bayar dengan pajak yang mereka bayar kepada negeri dan daerah ini. Jika ada pelayan yang main-main, saya tidak pernah segan untuk memecat mereka berdasarkan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Dan saya tidak akan main-main dalam soal ini. Bagi Saya, negeri ini milik rakyat dan bukan milik saya, apalagi milik kelompok. Kita wajib melayani pemilik negeri ini karena kerja kita juga dibayar oleh mereka yang memiliki negeri dan daerah ini.
Hal ini bisa dilakukan antara lain menyediakan tenaga layanan untuk pengambilan obat-obatan, sehingga pasien yang sedang gundah pikirannya tidak dibebankan lagi harus mencari loket-loket obat yang kadang sangat jauh dari ruang perawatan. Belum lagi kalau melihat seorang nenek atau kakek yang sudah tua renta harus berjalan tertatih-tatih mencari obat gratis JKMA. Peningkatan pelayanan ini akan meningkatkan daya saing terhadap rumah sakit di Aceh yang akan menguntungkan Aceh ke depan, belum lagi terserapnya sejumlah tenaga kerja baru. Jujur, saya tak punya program kok untuk memberikan santunan 1 juta per KK atau 1 milyar untuk tiap gampong atau makan siang gratis, karena itu menurut saya hanya sebuah janji kosong saja dan yang sangat sulit untuk saya wujudkan. Makanya Saya selalu berusaha untuk realistis ; dan saya tidak akan menipu rakyat dengan janji dan harapan palsu.
Kedua, program Peu-makmue Nanggroe (Memakmur Negeri atau Daerah). Program ini patut diteruskan, hanya metode penyalurannya patut dibenahi, khususnya dalam hal penjaminan modal agar lebih luas lagi penerima manfaat, meningkatkan jumlah permodalan dan peminjaman tanpa agunan kepada warga miskin. Ya, bagaimana mungkin kita harus minta agunan bagi mereka yang memang tak berdaya, tak punya harta dan tak juga punya modal ;
Ketiga, program Perkebunan Rakyat. Sektor ini mutlak dibutuhkan pembenahan, khususnya dalam pemetaan dan alokasi lahan, modal usaha pembibitan, dan pengelolaan hasil produksi agar tercapai tujuan kesejahteraan rakyat, mereka harus dibantu dan diberikan subsidi ;
Keempat, Sektor Pertanian. Inti program pertanian adanya irigasi dan tersedia pupuk dengan harga terjangkau serta bibit unggulan, sangat penting terobosan pengadaan peralatan pertanian yang cangih, khususnya hand traktor bagi petani dengan harga terjangkau dan murah, ini mutlak diperlukan agar tercapai program Aceh sebagai lumbung pangan nasional bahkan dunia, dan;
Kelima, Sektor Pendidikan. Sektor ini meskipun berada diurutan kelima, tetapi ini Sektor Wajib dan mutlak Untuk Diutamakan/Diprioritaskan. Kebijakan pemberian beasiswa pemda sudah relatif tepat dan baik, namum sejumlah pembenahan mendasar yang sangat penting dirumuskan yaitu Pendidikan, khususnya fokus pendidikan pada minat bakat siswa sebagaimana yang diterapkan oleh Nagara Inggris dan Negara maju lainnya, bukan hanya pada standar akademik yang kaku. Jangan hanya kita terjebak pada status dan simbol dengan Nilai Istimewa atau Cumlaude. Namun, yang paling penting manajemen pengelolaan juga harus lebih istimewa. Atau dengan istilah yang sedikit bombastis – jangan hanya mengejar target akreditasi Kampus dengan Nilai “A” atau "Unggul", akan tetapi pengelola dan cara kerja dengan manajemen bernilai “E” dan "Tak Bermutu".
Akan tetapi, sesuai karakeristik siswa, misalnya jika seorang anak tidak mampu dalam menghafal pelajaran yang kaku semasa sekolah dasar (SD), maka saat SMP siswa tersebut langsung bisa diarahkan pada bidang bisnis (dagang) atau sesuai bakat lainnya. Ini, tentunya, menuntut adanya perubahan kurikulum SMP dan SMA. serta Muatan Lokal harus berdaya. Sebuah negoisiasi tingkat nasional harus dan mutlak untuk dilakukan. Kita harus cerdas dan punya strategi jitu dalam menjemput bola. Kecerdasan, kearifan dan kemampuan komunikasi serta diplomasi sangat diperlukan disini. Termasuk UUPA Nomor 11 Tahun 2006 harus bisa diwujudkan secara nyata dan tidak hanya menjadi "dokumen keramat" tanpa bisa disentuh.
MoU Helsnki bukan untuk disimpan atau dijadikan "kitab" tanpa dibaca dan direalisasikan. Saatnya kita berhenti untuk berdebat dan saling menyalahkan. Tapi wajib untuk diperjuangkan dan dikerjakan.
Saya yakin dengan keistimewaan Aceh bisa melakukan perubahan tersebut. Pendidikan sangat penting yang bertujuan kemandirian siswa pasca studi. Bukankah Aceh berjaya dengan jiwa saudagar atau pedagang di masa lalu?. Jangan seperti selama ini metode pendidikan seorang Sarjana Ekonomi pasca lulus kuliah, baru memulai usaha untuk berdagang (itu pun kecil-kecilan), ini namanya belajar renang di darat. Anehnya, usaha dagangnya sudah kecil-kecilan, dan bangkrut serta rugi lagi. Sungguh memalukan.
Oleh karenanya, upaya terobosan sistem pendidikan di Aceh sangat mutlak dilakukan, walaupun itu bertentangan dengan aturan Nasional, sekaligus kesempatan untuk pembuktian jati diri Aceh (lex specialist de reograt generalis). Menarik bukan ide saya? Itu lho, kalau saya menjadi Gubernur. Program ini bukanlah mimpi, tetapi wajib untuk direalisasikan dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai anak bangsa dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang cerdas dan berkelas. Sehingga mereka mampu bersaing dalam area global yang maha dahsyat.
Bersikap moderat dan terhormat. Sementara program syariat Islam, saya berkeyakinan tingkat kesadaran masyarakat Aceh sudah sangat tinggi, kehidupan masyarakat Aceh dengan kultur adat istiadat yang religius sangat moderat dan plural sehingga hanya diperlukan pembenahan kecil-kecilan saja. Ibarat pesawat, kondisi Aceh sekarang dapat dilihat dalam dua sisi, pesawat (Aceh) dapat dikatakan bersiap untuk take off atau malah sudah take off. Jika dilihat dari sisi perubahan politik dan ketatanegaraan, pesawat sudah take off dalam hal ini tentu banyak pihak yang sudah ketinggalan. Malah ada yang tidak sempat naik, meminta pesawat turun kembali walaupun belum tentu sampai ke tujuan (penerbangan yang dipaksakan). Semoga kita bukanlah masyarakat yang tinggal di landasan.
SEMOGA MIMPIKU, MIMPIMU JUGA …
Sementara dari segi kesejahteraan rakyat, SDM, kemajuan ekonomi, hasil alam melimpah dan penyediaan lapangan kerja yang merata. Maka Pesawat ini sudah menunju runway (landasan pacu) tapi karena kerusakan teknis pilot tidak berani take off. Malah pesawat ini harus melakukan pembenahan struktur mesin pesawat (tidak layak terbang). Jika dipaksapun take off dikhawatirkan pesawat bernasib seperti Mandala Airlines atau Adam Air, yang hilang dalam penerbangan yang ujung-ujungnya akan menyengsarakan rakyat. Na’uzubillahi Min Zhalik. Semoga saya diberikan kekuatan dan pengetahuan oleh Allah swt agar mampu memahami situasi dan cuaca sehingga menjadi seorang pilot (gubernur) yang sukses untuk dapat menerbangkan “pesawat” bersama rakyat. Insya Allah.
TERAKHIR – Bagi saya, Aceh adalah daerah yang bersejarah, tempat saya lahir, tumbuh dan dibesarkan — sebagaimana telah saya uraikan di atas tadi — tentunya ini hanyalah sebuah mimpi. Saya tentunya hanya bisa berharap agar mimpi ini mendapat perhatian dan menjadi satu kenyataan, yang akan diwujudkan oleh siapapun gubernur terpilih sebagai pemimpin Aceh ke depan. Semoga siapapun Gubernur Aceh Periode 2024-2029 yang terpilih dan menang dan/atau untuk sahabat-sahabat saya sebagai anggota Timsesnya – saya hanya berharap dapat juga membaca dan merealisasikan mimpi saya ini – mudah-mudahan mimpi saya, mimpi mereka – juga mimpi kita semua. Insya Allah, Amin, Ya Rabbal ‘Alamin.
Bumi Sultan Iskandar Muda, 10 Maret 2024.
Post a Comment for "Inilah Visi dan Misi: Ketika Saya Bermimpi Menjadi Gubernur Aceh, 2024 - 2029"