Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUDAHKAH KITA MENJADI ORANG YANG TAHAN AKAN HINAAN?


SUDAHKAH KITA MENJADI ORANG YANG TAHAN AKAN HINAAN?


Oleh :
TM. Jamil
Associate Profesor
Akademisi dan Pengamat Politik, USK, Banda Aceh


“Orang Bijak Adalah Orang Yang Selalu Belajar Dari Kegagalannya,
Sedangkan Orang Bodoh Adalah Orang Yang Selalu Menutupi Kegagalannya,
dan Selalu Menyalahkan Orang Lain Sebagai Penyebabnya ...”


KRITIK ITU, mungkin lebih mudah untuk bisa diterima. Tapi rasa benci dan hinaan? Tidak semua manusia bisa terima jika mereka dihina dan dibenci tanpa sebab, kecuali hanya ingin orang lain tak berkembang dan maju. Manusia tidak pernah mau jika direndahkan oleh siapapun, lebih-lebih lagi yang menghina itu jaga manusia terhina dalam pandangan banyak orang. Namun, meskipun tidak mau dihina, mereka memiliki respon yang berbeda-beda untuk menanggapinya. Coba ikuti kata-kata berikut ini.

“Kamu bodoh sekali... Kamu tak layak pemimpin Atau kenapa kamu yang terpilih, padahal masih banyak orang lain yang lebih baik, hebat dan pantas? Mengapa kamu yang lulus? Apakah kamu tidak pernah mendengarkan apa yang telah ibu/bapak guru ajarkan padamu di sekolah?” Hhmmm…. menyakitkan sekali kata-kata itu bila diucapkan oleh atasan, orang yang tak kenal kita dengan baik atau orang yang kita hormati. (Tapi bagi saya pribadi, sejujurnya kata-kata itu menunjukkan bahwa orang yang mengucapkannya sebuah pertanda bahwa “dialah seperti itu, ya bodoh, malas, hina dan tak berkemampuan apapun. Bahkan dia sendiri, putus sekolah atau Drop Out dari Kampusnya. Karena dia sendiri yang sering gagal, maka dia mengarahkan kegagalan dan kebodohannya kepada orang lain. Yang lebih penting lagi adalah ketika seseorang merasa dirinya hebat, sebetulnya dia hanya ingin menutupi kelemahan, ketidakmampuan dan kebodohannya”. JIKA kata-kata itu diucapkan dan terjadi pada diri saya sendiri, maka saya akan enjoy dan tenang aja. Hhmmm.... Bagaimana dengan dirimu?

MEMANG, hal itu akan terdengar sangat kasar apabila diucapkan kepada seorang, terlebih lagi jika itu dilakukan di depan teman-temannya, di depan umum atau menghinanya dalam sosial media atau group WA. Ucapan ini bisa saja muncul atas dasar ketidak-sengajaan atau karena memang terlalu kesal dengan orang yang dimaksud. Namun, tetap saja melukai hatinya. Ini adalah suatu hinaan yang menyakitkan. Lalu apa yang bisa kita lakukan seandainya berada dalam situasi seperti ini?

Orang dengan emosional tinggi, tentu akan marah. Dia akan melawan balik dengan kata-kata yang lebih parah. Perang mulut, atau lebih buruk lagi, baku hantam dalam bentuk fisikpun bisa terjadi. Tak ada lain, hal ini akan berakhir dengan suatu kesia-siaan, seperti rasa sakit, kesal, menyesal, dan malu serta menjijikkan siapapun yang melihatnya.

Orang yang rendah diri, akan tertekan. Dia tidak terima dengan ucapan itu. Dia tidak suka. Tapi apa yang bisa dia lakukan kalau semua yang dikatakan itu memang benar? Akhirnya dia hanya bisa tertunduk dan menerima kalau dia memang bodoh dan tak mampu .... Sisanya, dia akan merenung sendirian dan menangis, lalu benar-benar menjadikan dirinya bodoh seperti yang mereka katakan. 

Orang yang acuh, tidak pernah mau belajar. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya untuk tidak mau mendengarkan setiap hal buruk yang dikatakan orang lain. Dia memang tidak terpengaruh oleh hinaan itu. Tapi dia juga tidak mau belajar untuk mempelajari dirinya sendiri, apa yang membuat mereka menghinanya seperti itu.

Pernahkah melihat pacuan kuda atau karapan sapi? Untuk mendapatkan lari yang sangat kencang, hewan-hewan ini sering dipukul dan dicambuk. Memang yang mencambuk, terlihat jahat dan menyakitkan, tapi itu memang membuktikan bahwa cambuk itu akan dapat menggerakkan mereka.

SAYA, tidak bermaksud untuk menyamakan manusia seperti hewan, tapi menurut saya, cambuk merupakan analogi dari sebuah hinaan dan berbuah kemenangan. Ketika telinga kita menangkap adanya hinaan, sadarlah bahwa itu artinya masih terdapat hal yang kurang pada diri kita. Memang terasa sakit, tapi harus menjadi lebih baik lagi di masa depan. Beberapa orang menamakan hal seperti ini sebagai "dendam" yang positif. Kita menggunakan rasa sakit hati ini sebagai suatu motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Jika dianggap gagal, kita usahakan akan sukses dan menang. Percuma kita menghina balik orang tersebut jika yang dikatakannya itu benar meski pun sebetulnya salah. Maka, yang kita lakukan adalah segera memberikan bukti bahwa hinaan mereka adalah suatu kesalahan dan kita adalah orang yang pantas dihormati dan dikagumi serta dimuliakan. Bahkan, mungkin suatu saat kita adalah orang menjadikan dirinya sebagai “manusia” yang sesungguhnya. Insya Allah, Amin Ya Rabbal Alamin 

Sahabatku, Yang Mulia !
Orang bilang hidup ini memang kejam, tapi hanya orang yang tahu cara menghadapi kekejaman itulah yang akan dapat bertahan untuk menjalani hidup dan kehidupan hebat. Menjadi orang yang dapat menghadapi hinaan dengan benar adalah sebuah berkah. Kita bisa mulai dari sekarang dan dimanapun kelak kita berada. Sudahkah kita menjadi orang yang tahan akan hinaan dan dibenci orang? Mudah-mudahan kita akan kuat dalam menghadapi berbagai hinaan dan tantangan hidup. Karena hidup ini memang penuh berbagai tantangan. Sahabat, Kanda, Adinda, dan Anak-anakku…, Banggalah Pada Dirimu Sendiri, Meskipun Ada Yang Tak Menyukai. Kadang Mereka Membenci dan Menghina, Karena Mereka Tak Mampu Menjadi Seperti Dirimu, Begitulah pesan Ayahku, saat aku masih kecil dan sering mengeluh padanya! Ayah ... ternyata Engkau telah membantu mendidikku menjadi insan yang hebat, sementara yang menghinaku mereka adalah memang manusia paling hina dan terhina. Allahu Akbar ...


Pojok Kota Banda Aceh, 13 Juni 2024.

Post a Comment for "SUDAHKAH KITA MENJADI ORANG YANG TAHAN AKAN HINAAN?"